Headlines News :

Contoh Narasi

Narasi adalah cerita. Narasi merupakan suatu bentuk karangan yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian yang disusun menurut urutan peristiwa/kejadian dan waktu dengan tujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada pembaca.

Unsur pokok dalam narasi adalah tokoh, peristiwa/kejadian, dan waktu.

Contoh paragraf narasi

Dari sebuah kantung di dalam keranjang besarnya, Wak Katok mengeluarkan daun ramu-ramuan. Kemudian ia membersihkan luka-luka Pak Balam dengan air panas dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan ramuan daun-daun yang kemudian dibungkus dengan sobekan kain sarung Pak Balam. Wak Katok merebus ramuan obat-obatan sambil membaca mantera-mantera, dan setelah air mendidih, air obat dituangkan ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin, Wak Katok meminumkannya kepada Pak Balam sedikit demi sedikit.
(Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis)

Narasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.   Narasi Ekspositoris, yaitu narasi yang mengisahkan serangkaian peristiwa yang benar-banar nyata dan terjadi (fakta). Dalam narasi ekspositoris, logika merupakan hal yang penting. Sasaran utamanya adalah rasio. Isinya menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan pembaca. Disebut juga narasi nonfiksi.

Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, riwayat perjalanan.

2.  Narasi Sugestif, yaitu narasi yang mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Bersifat fiktif. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai adalah kesan terhadap peristiwa  itu. Disebut juga narasi fiksi.

Contoh narasi sugestif adalah cerpen, novel dongeng, dsb.

Perbedaan narasi ekspositoris dan narasi sugestif terlihat dalam tabel berikut:

No Narasi Ekspositoris No Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan pembaca 1. Menyampaikan makna atau amanat yang tersirat
2. Menyampaikan informasi tentang suatu kejadian 2. Menimbulkan daya khayal
3. Bahasanya cenderung informatif, menggunakan kata-kata denotatif 3. Bahasanya cenderung figuratif, sugestif, dan konotatif
4. Didasarkan pada penalaran 4. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, kalau perlu penalaran dapat dilanggar, misalnya dalam dongeng.

Ciri/karakteristik paragraf narasi sebagai berikut:
  1. Narasi berisi kisah atau cerita tentang peristiwa atau kejadian
  2. Narasi memiliki unsur tokoh, peristiwa, dan waktu.
  3. Narasi dapat bersifat fiksi maupun nonfiksi
  4. Narasi bertujuan menciptakan kesan atau pengalaman kepada pembaca.
Berikut ini contoh paragraf narasi ekspositoris dan narasi sugestif yang dikembangkan dari topik yang sama.

Narasi ekspositoris

Saat ini Ali sedang menghadapi ulangan matematika. Ia merasa sangat kesulitan. Dalam hati ia menyesal, karena semalam tidak belajar. Tak satu pun soal dapat terjawab. Ia lalu berpikir untuk bertanya pada teman yang duduk di sampingnya. Namun, ia ragu. Ia takut kalau perbuatannya diketahui oleh pengawas.

Narasi sugestif

Saat ini Ali sedang duduk menatap soal matematika yang ada di depannya. Ia terpaku karena tak bisa mengerjakan soal-soal itu. Dalam hati ia menyesal, karena semalam ia menghabiskan waktu dengan bermain game. Tak satu pun soal yang dapat terpecahkan, meskipun seluruh kekuatan otaknya sudah dikerahkan. Terlintas dalam pikirannya untuk bertanya pada teman yang duduk di sampingnya. Namun, ketakutan merayapi perasaannya, mengingat mata pengawas selalu berkeliaran di seluruh penjuru ruang kelas.

Dua contoh narasi di atas menceritakan sebuah peristiwa yang sama, yaitu ketika Ali menghadapi ulangan matematika. Namun, keduanya dikembangkan dengan cara yang berbeda. Dapatkah Anda merasakan perbedaan itu? Apa yang menyebabkan keduanya menjadi berbeda?

Ada beberapa cara mengembangkan paragraf narasi:

1. Pola hubungan kejadian dan runtun peristiwa

Pola hubungan kejadian dan runtun peristiwa menggambarkan suatu peristiwa menurut rangkaian kejadian dan urutan peristiwanya.

Menggambarkan sejelas-jelasnya suatu peristiwa menurut urutan peristiwa. Hal ini dapat dikembangkan dengan dua cara/pola:
  1. Pola urutan kejadian/peristiwa.
  2. Pola waktu terjadinya peristiwa
Contoh pola urutan kejadian/peristiwa:

Setiap pagi kegiatanku itu-itu saja. Pagi-pagi sekali aku harus bangun tidur. Tak lama kemudian aku mandi agar tubuhku segar. Salat subuh kulakukan setelah aku berpakaian rapi. Walaupun harus buru-buru, aku selalu menyempatkan makan pagi. Biasanya, aku berangkat kerja lima belas menit sebelum jam kerja dimulai. Setiap hari kegiatanku hanya berada di antara rumah dan kantor.

Contoh pola waktu terjadinya peristiwa:

Agenda kerjaku hari ini begitu padat. Pukul 07.00 aku harus sudah berada di kantor. Bukan hanya itu. Bahkan, tepat pada saat itu aku harus sudah berada di kelas untuk mengatur suasana kelas agar terkondisi belajar. Biasanya ini butuh waktu lima belas menit. Pukul 07.15 PBM baru bisa dimulai dan berlangsung selama sembilan puluh menit, lalu pindah ke kelas lainnya dengan pola kurang lebih sama. Pukul 10.00 aku baru bisa menikmati istirahat sampai lima belas menit ke depan. Pukul 10.15 aku kembali masuk ke kelas yang berbeda. Selama sembilan puluh menit pula aku mengajar di sana. Tepat pukul 11.45 aku baru bisa menikmati waktu istirahat selama 45 menit untuk salat dan makan. Namun, bukan berarti pekerjaanku sudah selesai.

2. pola hubungan mula dan akhir

Pola hubungan mula dan akhir penekanannya pada penjelasan “mula-mulanya” dan “akhirnya”.

Contoh:

Prosesnya cukup cepat. Mula-mula saya menyiapkan naskahnya. Naskah itu lalu saya bawa ke bagian peneriamaan naskah. Kemudian, saya mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk akhir majalah. Selanjutnya, naskah yang sudah diatur tata letaknya dibawa ke bagian percetakan. Akhirnya, kita tinggal menunggu hasilnya.

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Choose Your Own Language

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © Pebruari 2017 - FRIDA ACEDA - All Rights Reserved
Design by Utak-Atik Mediatama Sumedang